Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Selasa, 22 Agustus 2017

Belajar dari anak-anak

Seringkali saya terdiam, sambil tersenyum kecil, memandangi anak-anak kecil bermain..
Walaupun mereka anak kecil, tapi saya tidak bisa memungkiri kalau
ada banyak hal yang bisa saya pelajari dari kehidupan dan pribadi anak-anak.
.
Mungkin hal ini saya pernah melakukannya, atau mungkin masih..
Anak kecil itu sederhana.. apa adanya.. tidak rumit.. saya suka kesederhanaan.. penyampaian yang sederhana.. teguran yang sederhana.. kejujuran-kejujuran yang sederhana.. mereka melakukannya.. dan dari kesederhanaan itu, tidak ada yang mereka tutupi dari diri mereka.. ‘natural’ ‘apa-adanya’ bukan /ada apanya/ ..
Setiap pagi, ketika kaki saya memasuki koridor sekolah, saya bersalam sapa dengan anak-anak kelas 1SD, setiap hari rabu, saya melaksanakan piket koridor dan menggunakan waktu tersebut untuk berinteraksi dengan mereka juga.. dan satu hal yang saya sadari, anak-anak selalu antusias dalam  hidup mereka.. mungkin sebagai orang dewasa, kita akan berpikir, wajar mereka antusias, karena belum ada beban dalam hidupnya..
.
Tunggu dulu tunggu dulu.. bukankah Tuhan percayakan ‘perkara’ kecil dan besar, sebagaimana kita bisa melaluinya? (susah kali membahasakan ini) intinya, mereka juga punya perkaranya sendiri, dengan ukuran mereka.. tapi coba lihat.. rasa syukur karena bisa melalui perkara itu, mereka menunjukannya lewat ke-antusiasan-mereka menjalani hari-harinya.. bersyukur masih ada hari baru… bersyukur masih dipercayakan satu hari lagi.. maka, antusiaslah menjalani hari demi hari yang masih dipercayakan..
.
Saya pernah mengobrol satu dua hal tentang cita-cita, mimpi, fairy tale, dengan anak-anak kelas 3SD.. anak-anak selalu menganggap segala sesuatu mungkin.. selain dongeng, yaitu mimpi-mimpi mereka.. bagi saya, itu luar biasa.. sebagai orang dewasa, saya punya mimpi-mimpi, saya punya cita-cita, tapi.. sulit rasanya untuk mempercayai hal itu untuk menjadi mungkin.. orang dewasa kadang-kadang terlalu takut untuk bermimpi, karena mereka tahu sejauh mana mereka mampu mencapai mimpi-mimpi itu.. bagaimana dengan saya yang tidak yakin bisa mencapai mimpi itu? Saya hanya belajar untuk lebih baik dari diri saya sendiri, hari demi hari.. perihal mimpi dan cita-cita, rasanya.. lebih baik hidup saya berjalan sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan, meski terkadang saya -masih mengusahakan apa yang saya inginkan-. Hhhhh.. sedikit trauma dengan mimpi dan cita-cita, ketika Tuhan merenggut mimpi saya menjadi arsitek bangunan dengan cara-Nya.. dan dialihkan untuk menjadi ‘Arsitek masa depan anak-anak’ (Zebua Aro, 2017)
.
Sedikit iri dengan anak-anak, ketika saya bertanya apa cita-cita mereka, jarang sekali saya menemukan jawaban yang /bukan/cita-cita/tinggi, cita-cita mereka mulia, tidak ada yang menginginkan jadi /orang biasa/ mereka mampu menghilangkan /sekat-sekat yang lazim/ mereka bisa menjadi apa yang mereka inginkan, terlepas dari mungkin atau tidak, tanpa perlu takut menggantungkannya setinggi mungkin. Tapi bagi orang dewasa, sekali lagi rasanya kedewasaan membuat kita takut untuk bermimpi tinggi. Dan mungkin “begini saja, apa adanya, cukuplah bagi kita”.
.
Cita-cita? Saya?  Saya sangat bersyukur untuk apa yang saya jalani saat ini. Sangat-sangat bersyukur.. bahkan kalau ada kata yang lebih tinggi dari bersyukur, saya akan gunakan diksi itu. Kalau ditanya apa cita-cita saat ini, sepertinya ada cita-cita baru yang ingin saya gantungkan pada berjuta-juta bintang (layaknya anak-anak)
Cita-cita saya.. melihat anak-anak  yang Tuhan percayakan untuk saya didik kelak mampu menggapai cita-cita mereka  ðŸ˜Š
.
Kali ini saya sedang mencoba untuk mengamati anak-anak dikelas saya dengan kepekaan tingkat dewa (cielah) ketika mereka bermain dengan teman sebaya mereka, jika salah satu diantara mereka ada yang berbuat tidak baik terhadap teman yang lainnya, teman yang lain akan menunjukan rasa ketidaksukaan terhadap teman yang mereka anggap nakal tersebut. Dan membela teman yang dijahati ‘tanpa melihat siapa anak yg dijahati itu’ tidak melihat apakah teman yang dijahati itu ‘orang yg berada, orang yang penting atau tidak’ hal seperti itu bukan soal bagi mereka, yang mereka tahu adalah membela yang benar, terlebih ketika anak-anak tidak punya kekuatan untuk melawan.
Anak-anak juga pribadi yang mudah memafkan ketika terjadi perselisihan.. ketika teman mereka menyakiti hati mereka, dengan tingkah-tingkah nakal atau perkataan kasar, nampaknya sangat mudah bagi mereka untuk memaafkan teman mereka.
.
saya sedikit risih, dengan orang-orang dewasa yang senang berselisih satu dengan yang lainnya untuk hal-hal sepele..  risih kepada orang-orang dewasa yang selalu ingin dimengerti dan dipahami, tanpa mau kembali mengerti dan memahami orang lain.. tidak ada satupun manusia di dunia ini, yang Tuhan ciptakan untuk ‘cocok’ satu dengan yang lainnya, ketika seseorang merasa bahwa dirinya ‘tidak cocok dengan siapapun’ maka.. ada yang salah terhadap orang tersebut.. tugas kita adalah ‘mencocokan diri’, selama Tuhan menempatkan kita ditengah ‘pribadi-pribadi’ yang berbeda dari diri kita, Tuhan ingin kita mengenal mereka dan belajar banyak hal dari mereka, bukan untuk dimusuhi, bukan untuk dijahati, bukan untuk dicurigai.. ataupun diajak berantem :D
.
btw.. saya sangat bersyukur ditempatkan ditengah-tengah pribadi yang boleh Tuhan ijinkan untuk saya kenal di nias ini.. 3 tahun itu pasti akan terasa cepat, saya tidak ingin segalanya cepat berlalu.. terimakasih Tuhan saya ada disini.. 😊
.
beberapa siswa menjodohkan saya dengan saudara mereka, lucu ya.. tapi setelah saya pikir-pikir, kita ngga pernah tau siapa jodoh kita, rencana kita malah kadang tidak seturut dengan rencana Tuhan.. realistis saja, tidak perlu menjadikan pacar berhala yang senantiasa disembah, ditakutkan untuk berjodoh atau tidak. selama janur kuning belum melengkung kan yaa? Let me praying for the best.. (doakan untuk pacar, pasti!) the best for God (yg kita belum tahu siapa org yg Tuhan siapkan untuk jd partner pelayanan kita dimasa depan), n the best for me(ngga org yg cocok satu dengan yg lainnya, tapi kalau ada yg sejalan itu lebih baik).. and I’m the best for him (terus memperbaiki pribadi di dalam Tuhan, agar dilayakkan bagi org lain).. and “we’ll bring You glory someday (indah sekaliiii).. :D :3 lol
intinya sejauh ini saya betah di nias.. terimakasih Tuhan, telah membuatku jatuh cinta terhadap nias.
Loh kok jadi curcol ya.. :3
.
Kembali ke anak-anak.. masih ada banyak hal yang menarik dari pribadi anak-anak termasuk ketika mereka bersedih dan cara mereka menguatkan diri..
Bersambung saja lah ya.. kehabisan waktu menulis, saya harus bergegas mencerdaskan kehidupan bangsa.. hahah nono.. mencerdaskan kehidupan anak nias :* :D



Tidak ada komentar:

Posting Komentar